23 August 2011

Sabar Gorky: Dengan Kaki Satu Taklukan Puncak Elbrus


“Kang Sabar, ayo!” teriak seorang pendaki kepada Sabar (43), yang tinggal sedikit lagi mencapai Elbrus, puncak tertinggi di Eropa.
Pria yang akrab disapa Kang Sabar itu kembali bangkit. Ia meraih tongkat kanannya yang terlepas. Dengan hanya satu kaki, Sabar kembali mendaki puncak Elbrus yang berselimut salju. Angin gunung bertiup kencang. Suhu udara minus 15 derajat celcius.
Dua Sampai tiga meter berjalan, Sabar terjatuh lagi. Namun, tanpa harus dibantu pendaki lainnya, ia pun meneruskan langkah. Selain tongkat, tangah kirinya tampak memegang bendera Merah Putih. Tak lama kemudian, tibalah Sabar di Puncak Elbrus dengan selamat.
Itulah detik-detik menegangkan ketika Sabar berhasil menggapai puncak Elbrus di Rusia tepat di HUT ke-66 Republik Indonesia, 17 Agustus 2011. Sabar tiba di puncak gunung berketinggian 5.642 mdpl itu pada pukul 16.45 waktu setempat.
Tidak banyak kata yang diucapkan Sabar saat berada di Puncak Elbrus selama kurang lebih 5 menit. Dalam balutan jaket tebal, sarung tangan, dan kacamata yang tetap terpakai, Sabar merebahkan diri di atas Salju. Lalu, pria yang kehilangan seluruh kaki kanannya dalam kecelakaan kereta api di tahun 1996 itu melakukan shalat dua rakaat.
Mendaki gunung butuh ketahahan fisik dan mental yang kuat. Bagi orang normal, hal itu tentunya tidaklah mudah. Apalagi bagi mereka yang cacat, seperti Sabar. Namun, apa yang diimpikannya bisa terealisir. Pendaki tuna daksa berkaki satu dari Indonesia ini berhasil menaklukkan Elbrus tepat pada HUT RI ke-66. Dubes RI pun bikin syukuran.
Kue tart bergambar bendera merah putih itu sempat disimpan di kulkas wisma Dubes Moskow sejak hari peringatan kemerdekaan. Tidak boleh seorang pun menyentuhnya. Kue tart baru muncul saat Sabar datang ke KBRI pada 20 agustus 2011 usai kembali dari pendakian gunung tertinggi di Eropa, Elbrus. Wajahnya yang setengah legam akibat kedinginan di puncak gunung tiba-tiba menjadi sumringah.
Di hadapan sekitar 80-an warga Indonesia yang akan melaksanakan sholat tarawih, Dubes Hamid Awaludin bersama Sabar memotong kue dengan penuh semangat. Sebelumnya, Sabar menceritakan pengalamannya saat tertatih-tatih dengan crampon buatannya menuju puncak Elbrus. Ditayangkan juga rekaman episode terakhir Sabar yang beberapa kali terjatuh sebelum mencapai puncak.
“Kue berlambang merah putih ini memang kita siapkan untuk pendaki kita yang luar biasa. Alhamdulillah, pak Sabar berhasil. Karenanya saya minta semua berdoa untuk keberhasilan dirinya dan juga tim lain yang mendampingi,” ujar Hamid sambil menyampaikan surat penghargaan.
Apresiasi yang diberikan Dubes itu juga berkaitan dengan keberhasilannya menjadi orang pertama tuna daksa berkaki satu yang menaklukkan Elbrus dari sisi utara yang dikenal sangat sulit. Dubes juga berpesan agar semangat luar biasa yang dimiliki oleh Sabar dapat menular ke masyarakat Indonesia. Inilah contoh hidup yang pantang menyerah.
Sabar mulai menuju kota terakhir sebelum pendakian, Pyatigorsk pada 11 Agustus 2011. Tiba di camp petama, Emanuel Glade pada 13 Agustus. Dalam beberapa hari melakukan aklimatisasi dan tepat pada 17 Agustus sore hari berjasil menancapkan bendera merah putih di puncak Elbrus yang bersalju.
Dari 4 anggota tim Ekspedisi Merdeka-RMOL, hanya Sabar dan seorang pendampingnya yang mencapai puncak. Dua lainnya gugur di tengah perjalanan. Presiden RI pun menelepon Sabar, mengucapkan selamat, beberapa saat setelah itu.
Kini Sabar sudah setara dengan pendaki legendaris Elbrus lainnya. Tidak kalah dengan dua pendaki yang berkaki lumpuh, Vladimir Krupennikov (1997) dan Yakov London dari Rusia (2001) ataupun si buta Erik Weihenmayer dari Amerika Serikat (2002). Bahkan, disinyalir banyak kalangan, Sabar adalah tuna daksa berkaki satu pertama di dunia yang telah menaklukkan Elbrus.
Untuk mengenang kegigihannya, diusulkan oleh beberapa teman di Moskow agar nama Gorky disematkan di belakang namanya. Menurut catatan sejarah Rusia, karena perjalanan hidupnya yang berliku maka pujangga Alexey Maximovich Peshkov mendapatkan panggilan baru Maxim Gorky, alias Maxim si empunya hidup pahit. Nama akhir gorky (pahit) yang awalnya merupakan olok-olokan bagi si Maxim kini justru menjadi sebuah julukan bernilai positif. Indonesiapun kini telah memiliki Gorky yang lain, yakni Sabar Gorky.

Kemlu (Moskow), detikNews.com

Indonesia Juara Umum Musabaqah Hafalan Al-Qur’an dan Hadits (MHQH) Tingkat ASEAN-Pasifik 2011

para pemenang


berlangsung di Aula Masjid Istiqlal Jakarta pada 26-27 Juni 2011 usai sudah. Para pemenang akhirnya diumumkan pada penutupan lomba di Hotel JW. Marriot Kuningan, Jakarta pada 28 Juni malam dan Indonesia keluar sebagai juara umum.
Acara ini merupakan gelaran Atase Agama Kedutaan Arab Saudi bekerja sama dengan Kementerian Agama RI yang disponsori secara penuh oleh Putra Mahkota  Kerajaan Saudi Arabia, Pangeran Sultan bin Abdul Aziz Alu Su’ud.
Koordinator Sekretariat MHQH, Ustad Gunaim juga menjelaskan bahwa MHQH tingkat ASEAN-Pasifik ini, diikuti oleh beberapa negara ASEAN serta Timor Leste dan Timur Tengah, seperti  Indonesia, Kyrgistan, Malaysia, Selandia Baru, Singapura, Australia, Tajikistan, Thailand, Uzbekistan serta negara lainnya, dengan total 90 peserta.
Untuk dewan juri pada gelaran Atase Agama Kedutaan Arab Saudi bekerja sama dengan Kementerian Agama RI ini didatangkan khusus dari Arab Saudi sebanyak tiga orang, yaitu Dr. Salim bin Gharmallah Az-Zuhrani, Dr. Abdullah bin Muhammad Al-Jarullah, dan Dr. Salim bin Muhammad Asy-Syinqithi.
Menteri Urusan Islam, Wakaf, Dakwah dan Bimbingan Arab Saudi, Syekh Soleh Bin Abdul Aziz Al Sheikh yang menyaksikan langung acara tersebut mengaku bangga dapat menggelar MHQH, baik untuk tingkat nasional maupun ASEAN-Pasifik ini, dan diharapkan dengan kegiatan ini akan dapat meningkatkan kecintaan untuk membaca dan menghafal Al-Qur’án, serta kerja sama antara Pemerintah Indonesia dengan Kerajaan Saudi Arabia dapat terus ditingkatkan.
Menteri Agama, Suryadarma Ali yang hadir pada acara ini juga sangat berterima kasih atas gelaran yang telah berlangsung keempat kalinya di Indonesia tersebut. Selain itu, Menag juga berharap dengan adanya MHQH ini semakin mempererat ukhuwah Islamiyah antar generasi muda khususnya di ASEAN dan Pasifik. Pun juga hubungan bilateral antar negara agar tetap langgeng.
Pada perhelatan tersebut, para peserta yang dinobatkan sebagai pemenang sesuai urutan adalah sebagai berikut.
Golongan 30 juz: 1. Moh. Salim Ghazali (Indonesia), 2. Khoirul Anwar (Indonesia), dan 3. Abdulkhaev Mukhtadi (Tajikistan).
Golongan 20 juz: 1. Agus Nur Qowim (Indonesia), 2. Hamid Azimi (Selandia Baru), dan 3. Islomzoda Miftohidin (Tajikistan).
Golongan 15 juz: 1. Zakaria Dahbi (Australia), 2. Muhammad Syazwi bin Murni (Brunei Darussalam), dan 3. Muhammad Najib bin Haji Ali Akbar (Brunei Darussalam).
Golongan 10 juz: 1. Abdoallah Dahbi (Australia), 2. Deden Bahroini (Indonesia), dan 3. Talhah Nadat (Selandia Baru).
Golongan Hadits: 1. Muhammad Zuhdi (Indonesia), 2. Arya Widaya Darma (Indonesia), dan 3. Ahmad Jumari (Indonesia).
Untuk  tingkat mancanegara ini para pemenang 1, 2, dan 3 dari masing-masing golongan diberikan bonus  tambahan. yaitu “Secara otomatis mendapat undangan khusus naik haji ke Baitullah sebagai tamu Kerajaan Saudi Arabia. Bagi peserta yang belum meraih juara, tambahnya, masing-masing berhak mendapatkan uang tunai sebesar U$ 100. Itu di luar biaya transport, akomodasi dan lain sebagainya,” jelas Ust Gunaim
sumber:Hidayatullah.com, fsqalhafidz.org

Mahasiswa KKN UGM Ubah Limbah Salak Jadi Bioetanol


Karena melihat banyak petani salak yang membuang limbah salak di Dukuh Dusun Kelor, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Universitas Gadjah Mada (KKN UGM) tergerak untuk memanfaatkan limbah tersebut menjadi bahan bakar pengganti minyak tanah, Bioetanol.
“Rata-rata limbah salak busuk yang tidak layak jual sebanyak 5 persen. Sayang, jika daging salak ini tidak dimanfaatkan. Rencananya, ke depan kita akan manfaatkan juga pelepah pohon salak dan biji salak untuk diolah jadi bioetanol,” kata Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) KKN PPM, Prof. Dr. Karna Wijaya, M.Eng., saat mendampingi pemasangan alat instalasi bioetanol untuk home industry dan pelatihan pembuatan bioetanol dari limbah salak di Dusun Kelor, Bangunkerto, Turi, Sleman (21/8).
Dosen Jurusan Kimia FMIPA ini menuturkan alat destilator yang diserahkan ke petani salak merupakan hasil buatan Pusat Studi Energi (PSE) UGM. Alat seharga 1,5 juta rupiah tersebut diserahkan kepada kelompok petani salak untuk dimanfaatkan secara berkelanjutan.
“Kita ingin membangun desa energi mandiri, minimal 60 persen kebutuhan energi bisa dipenuhi sendiri di sini,” katanya.
Bioetanol dibuat menggunakan alat deselitator yang berkapasitas 25 liter, yang terdiri dari dua tabung. “Adapun sebelumnya limbah salak difermentasikan terlebih dahulu selama satu pekan dengan menambah rugi dan urea. Cairan fermentasi kemudian dipanaskan dengan suhu 70 derajat pada tabung destilasi,” Karna menjelaskan.
Salah seorang mahasiswa KKN, Muhammad Shidip menuturkan bahwa pemanfaatan limbah salak untuk diolah menjadi bahan bakar alternatif melalui pemasangan alat instalasi bioetanol merupakan tema program KKN yang dilaksanakan di Kecamatan Turi, Sleman.
“Dengan dibantu 30 mahasiswa peserta KKN lainnya, diadakan pula sosialisasi dan penelitian kepada petani salak. Kita sudah mengadakan empat kali pelatihan,” kata Shidiq.
Adapun cara membuat bioetanol ini, papar Shidiq, adalah dengan mengupas daging salak, kemudian diparut hingga halus. “Setelah itu dimasukkan ke ember atau drum dicampur dengan ragi dan urea untuk mempercepat proses fermentasi yakni tiga hingga empat hari. Kemudian cairan hasil fermentasi disaring dan dimasukan ke tabung destilisator,” jelasnya.
Alat instalasi ini disambut baik oleh Kepala Dukuh Dusun Kelor, Darmojo. Dia berharap agar alat instalator segera dimafaatkan oleh warga yang mayoritas adalah petani salak.
“Bukan hanya pengganti minyak tanah saja, tetapi juga bisa meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka. Untuk diketahu, hasil panen salak di Dusun Kelor mencapai 8-9 ton, dan lima persennya tidak layak jual,” ujar Darmojo.
Dia menjelaskan bahwa setiap seribu meter persegi kebun salak, terdiri dari 300-an rumpun, dan tiap satu rumpun mampu menghasilkan panen dua hingga tiga kilo salak.

sumber: ugm.ac.id, okezone.com

Followers